Rabu, 01 Juni 2016

REMAJA

             Kali ini di blog ini saya akan membahas tentang remaja. Dikarenakan seringnya berhadapan dengan mereka dengan keunikan dan masalah yang sebetulnya hampir sama di setiap remaja. Pada umumnya, masa remaja terjadi perubahan fisik dan kepribadian yang signifikan sehingga berdampak pada perubahan emosional yang besar. Kenapa bisa sama? Yah, karena di periode ini sering disebut sebagai masa yang penuh dengan gejolak dan masa yang penuh dengan pemberontakan (revolt and rebel). Teori Piaget mengatakan bahwa remaja termasuk dalam tahapan formal operation dan telah mengembangkan pola-pola berpikir formal yang menyeluruh. Jadi, berbeda dengan masa kanak-kanak, individu pada masa ini tidak lagi memandang orang dewasa sebagai 'selalu benar'. Remaja memiliki keinginan yang kuat untuk mulai mandiri, tidak terikat pada orangtua, tetapi dia juga masih merasa bingung dalam menghadapi dunia barunya ini. Berdasarkan hal tersebut, Erikson berpendapat bahwa isu yang paling penting dan kritis pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Berbicara mengenai remaja, masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masing-masing mempunyai cirinya sendiri. Tapi, kali ini saya ingin membahas kebutuhan yang harus dipunyai oleh mayoritas kaum remaja.
             Menurut Ohlsen (1983:hlm. 153-154) membuat daftar dari enam belas kebutuhan (atau tugas-tugas) yang menurutnya harus dipunyai oleh mayoritas kaum remaja sebagai berikut:
1. Memahami dan menerima penampilan, kemampuan, bakat-bakat, minat-minat dan tanggung jawabnya.
2. Memantapkan dirinya dalam peran seksnya.
3. Menjajaki keputusan-keputusan tentang gaya hidupnya, mengklarifikasi pilihan-pilihan dan konsekuensinya, memeriksa apa yang jadi prioritas dan membuat pilihan dengan sadar.
4. Mulai memantapkan nilai-nilai moral.
5. Belajar untuk memulai, mengembangkan dan mempertahankan persahabatan dan hubungan-hubungan yang akrab dengan jumlah yang lebih terbatas.
6. Mengembangkan sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu mereka memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka.
7. Mulai belajar memperoleh penyesuaian seksual adekuat.
8. Mengenali kapan keputusan harus dibuat, membuatnya, dan mengimplementasikannya.
9. Belajar untuk mengenali dan menyelesaikan hal-hal yang belum terselesaikan dengan orang-orang lain yang relevan dan signifikan.
10. Menjadi tidak tergantung secara emosional kepada orangtua dan orang-orang signifikan lain dalam hidupnya.
11. Mengenali kesempatan yang dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian sasaran hidupnya dan mengembangkan keterampilan untuk mengevaluasi kesempatan tersebut.
12. Membuat pilihan karier dan mengimplementasikannya.
13. Meningkatkan ketidaktergantungan secara ekonomi.
14. Memperoleh pengakuan dari orang-orang dewasa yang signifikan dan juga dari teman-teman sebaya.
15. Meningkatkan kekuatan ego-meningkatkan pengembangan kompetensi dan rasa percaya diri untuk dapat mengatasi masalah yang timbul.
16. Menerima dirinya sendiri.

Sebagai konselor, saya harus memahami karakteristik perkembangan remaja. Konselor perlu memahami bahwa walaupun remaja lebih mandiri dibandingkan anak-anak, tetapi pada dasarnya mereka masih tergantung secara emosional pada orangtua. Usaha-usaha mereka untuk menemukan identitas dirinya juga menimbulkan kebingungan. Mereka menginginkan kebebasan, tetapi juga cemas dalam menghadapi dunianya tanpa bimbingan. Hal ini yang terkadang mengakibatkan remaja dapat berperilaku snagat menentang dan memberontak, tetapi pada saat yang lain tampil penuh kasih sayang dan penurut.
             Pengaruh teman sebaya meningkat pesat pada masa remaja. Hal ini berkaitan dengan keinginan remaja untuk bebas dari pengaruh orangtua. Remaja beranggapan teman sebaya dapat memberikan dukungan yang amat besar dalam mengatasi berbagai tantangan hidup. Dalam kelompoknya, remaja saling membantu dalam mengembangkan pribadi yang lebih matang dan sehat. Dukungan ini juga memungkinkan remaja untuk mengembangkan percaya diri yang lebih besar. Hanya saja, tidak selamanya teman sebaya itu dapat memberikan pengaruh yang positif melainkan bisa berdampak negatif. Seperti kasus yang sering terjadi, yaitu seks bebas, kenakalan remaja, penyalahgunaan zat, dan sebagainya.
            Lesmana (2013) mengatakan bahwa ini dari perkembangan kepribadian terbantu apabila remaja memiliki keterampilan dalam aspek hubungan interpersonal, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah atau konflik. Secara umum remaja mengaku bahwa dirinya cukup percaya diri dan punya kemampuan dalam membentuk hubungan sosial yang baik. Namun demikian, penelitian Ohlsen (1983) menunjukkan bahwa sebenarnya nmereka tidak terlalu percaya diri dan masih membutuhkan latihan dan bantuan menghadapi teman sebaya maupun orang dewasa lainnya.

Daftar Pustaka :

Lesmana, J. M. (2003). Dasar-dasar konseling. Jakarta: Indonesia.
Ohlsen, M. M. (1983). Introduction to counseling. Itasca, IL:F. E. Peacock.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar