Selasa, 16 Agustus 2016

Terimakasih Tuhan...

Pagi ini sebelum berangkat kerja, saya memutuskan untuk membaca buku renungan dari Gereja Keluarga Allah. Ayat hari ini diambil dari Yesaya 30 : 1-17. Saya tersadar ayat ini adalah ayat yang pernah saya dapatkan saat doa pengurapan di ESBC (salah satu kegiatan pemuridan dari Gereja).
Kenapa ayat ini seolah-olah menegur saya kembali?
Di buku renungan salah satu ayat yang diambil menjadi rhema di Yesaya 30 : 15b "....dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.". Kisah yang diambil didalam buku renungan mengenai seorang pendaki gunung yang melakukan pendakian.
Sejujurnya, saya tidak tahu pasti apa maksud Tuhan. Saya hanya punya prinsip "tidak ada sesuatu yang kebetulan". Saya mulai merenungkan diri saya hari ini. Dan ini saya tuliskan di blog ini untuk mengingatkan kembali ke saya.
Saya lagi mengalami masalah kemalasan rohani didalam diri saya. Saya mulai memaksa Tuhan untuk segera melakukan mujizatNya dalam hidupku, terutama mengenai keluargaku. Saya mulai berusaha mencari jalan sendiri dengan kekuatan, kepintaran dan lainnya. Tanpa saya sadari, saya tidak mengandalkanNya. Saya lelah sendiri dan kehilangan kekuatan. Judul didalam Firman Yesaya 30 adalah Bukan Mesir tetapi TUHAN yang memberi pertolongan. Didalam Firman ini menceritakan pemberontakan bangsa Israel. Bangsa Israel mencari nasihat dan berharap bukan di Tuhan melainkan Bangsa Mesir. Kadang kala ketika kita mengalami pencobaan yang besar, kita menaruh harapnya pada yang tampak yaitu uang, kepintaran, kedudukan, orang banyak dll. Hingga kita lari ke Mesir mencari pertolongan, membuat perjanjian dan meninggalkan perjanjian dengan Tuhan (yaitu hukum-hukum-Nya). Inilah yang sedang terjadi didalam hidupku. Dan Tuhan sangat baik didalam hidupku, Dia tidak tinggal diam membiarkanku terlalu lama jatuh sama hal seperti bangsa Israel. Tuhan menegur dan ini juga saya alami. Saya berpikir ayat ini sebagai teguran. Aku hanya perlu tinggal tenang dan percaya. Bukan berarti aku tidak melakukan apa-apa. Aku juga harus membawa senjataku tapi sepenuhnya mengandalkanNya dan terus berharap padaNya. Kita harus memiliki pengharapan yang kuat pada Tuhan. Pengharapan itu seperti jangkar yang masuk jauh sampai di belakang Tirai Ibr 6:18-19, sehingga kita punya pegangan. Seperti kapal yang terikat pada jangkar sekalipun kena ombak dan angin, ia tetap tinggal teguh sebab ada jangkarnya, begitu pengharapan kita kepada Tuhan jangan sampai putus. Tetapi harap tidak bisa berjalan sendiri, melainkan selalu bersama-sama dengan percaya dan cinta, ketiganya ini menjadi pokok kekuatan kita 1Kor 13:13.
Sekarang aku hanya bisa tetap tenang dan percaya bahwa Tuhan akan menyelematkan keluargaku. Utang sebesar apapun didalam keluargaku sudah LUNAS, pemulihan keluargaku dan pertobatan Kakak Iparku. Hal ini yang akan dilakukan oleh Tuhan tahun ini. Sebelum berakhir tahun ini Tuhan akan melakukan mujizat-Nya. 

Terimakasih Tuhan. Sungguh aku berbahagia dengan segala pencobaan-pencobaan yang aku alami. Pencobaan ini membuatku semakin kuat dan melihat keajaiban Tuhan. 


Ezra Novia - 16 Agustus 2016