Jumat, 13 Mei 2016

Masalah-Masalah Yang Dihadapi Konselor

Konselor adalah manusia biasa, meskipun iya seorang profesional. Ia juga menghadapi berbagai macam masalah yang kadang-kadang hanya kecil saja, tapi bisa menjadi sesuatu hal yang berakibat serius. Padahal sebetulnya, yang menjadi masalah bukanlah masalah itu, melainkan bagaimana konselor menghadapi masalah-masalah tersebut.  Saya mengalami hal-hal ini, ketika saya menyelidiki ternyata buku ini cukup menjawab. Cavanagh (dalam Lesmana, 2013) mengatakan bahwa ada tujuh masalah yang umum dalam suatu hubungan konseling: kebosanan, hostilitas, berbagai kesalahan konselor, manipulasi, penderitaan, hubungan yang membantu vs tidak membantu, dan mengakhiri konseling. Gladding (dalam Lesmana, 2013) menyebutkan suatu fenomena lain yang juga menjadi masalah konselor yaitu burnout. 
Berikut masalah-masalah yang dihadapi konselor yang akan kita bahas satu-persatu :
1. Kebosanan 
Menurut Cavanagh (dalam Lesmana, 2013), konselor pemula jarang mengalami kebosanan karena sifat baru dari pekerjaan mereka. Tetapi seperti halnya tingkah laku lain yang terus berulang , konseling dapat membosankan. Setelah seorang konselor bertemu dengan 25 atau 50 orang depresi, ia sering bisa memprediksi dengan hampir tepat apa yang akan dikatakan seseorang pada suatu saat. Hal semacam ini menimbulkan kebosanan.
Masalah-masalah yang mungkin imbul karena kebosanan adalah :
  1. Konselor mengambil jarak dari kliennya, makin lama makin menjauh. 
  2. Konselor terkadang mengambil cara negatif dalam menangani kebosanannya. Ia mungkin akan daydreaming, atau berfantasi sendiri. Ada pula konselor yang mengira dirinya begitu pandai mendengar dengan "satu"telinga saja. Ia mengangguk, tersenyum dan mencoba memberi impresi bahwa ia atentif. Atau ia sengaja "menyerang" klien supaya seru. 
  3. Kemungkinan konselor kehilangan informasi penting, kalau ia dikuasai kebosanannya, karena ia menjadi kurang perhatian, kurang konsentrasi dan mungkin malah memikirkan masalahnya sendiri. 
Solusi yang mumgkin dapat diambil :
  • Mengetahui terlebih dahulu di mana letak masalahnya. Kalau konselor yang bosan, ia harus mengambil tindakan yang tepat. Ia bisa mengatakan, "Maaf, saya baru tidak konsentrasi hari ini", sehingga klien tidak merasa terabaikan. Jika sebaliknya, konselor harus membicarakan hal ini dengan klien. Membicarakan kebosanan kepada klien merupakan bagian dari konsep genuineness, tetapi perlu diperhatikan cara penyampaian sehingga tidak mengganggu rapport yang sudah terbentuk. 
  • Konselor dapat melakukan perubahan bila menghadapi klien yang membosankan. Beberapa cara untuk mengatasi, misalnya dengan mengubah waktu pertemuan di jam-jam ketika konselor lebih "awas". Atau konselor juga bisa memberikan tugas kepada klien yang kemudian dibicarakan dalam sesi konseling. 
  • Konselor sebaiknya mewaspadai tanda-tanda kebosanan seperti : mata yang mengantuk, mengetuk-ngetukkan jari, ekspresi muka tak berminat. Bila tampak semacam ini konselor harus segera mengambil tindakan dan menerima bahwa ia ikut bertanggung jawab atas timbulnya hal ini.  
2. Hostilitas
 Konselor sering merasa dirinya nice people karena sudah membantu orang lain dan ia mengharap akan dihargai karena hal ini. Tetapi orang dalam konseling punya hostilitas terpendam yang harus diurai sebelumnya. Konselor yang harus mengurangi apa yang melatarbelakangi suatu hostilitas yang terjadi.
Beberapa hal yang menjadi sumber hostilitas :
  • Menutupi ketakutan yang mendalam. Makin ketakutan seseorang, makin mereka melihat sesi konseling sebagai ancaman.Mereka takut misalnya, kalau mereka akan menjadi dependen kepada konselor, mereka juga takut bahwa konselor akan menolak mereka, jadi mereka memutuskan untuk menolak konselor lebih dahulu. Dan mereka juga takut jika konselor akan mengenalkan mereka dengan bagian dari diri mereka yang tidak mereka sukai. 
  • Berasal dari frustrated needs. Mereka yang lapar psikologis mempunyai resistensi rendah terhadap stress. Dikarenakan hipersensitif, maka pertanyaan-pertanyaan yang biasa sudah dirasakan sangat mengancam mereka. 
  • Hostilitas bisa ditujukan kepada konselor yang merupakan simbolisasi dari konflik internal atau eksternal yang dipunyai klien. Bisa jadi, konselor adalah representasi dari orangtua yang tidak disukai, pasangan atau mantan pasangan yang dibenci, atau tokoh otoritas. 
  • Tekanan yang sangat intens (intense pressure) yang berasal dari orang lain maupun dari dalam dirinya sendiri. Seperti balon yang melembung, dengan sedikit cubitan balon itu akan meledak. Jadi, kalau ada sedikit saja pressure dari konselor, klien akan meledak.  
  • Mungkin pula konselor memang pantas untuk menerima hostilitas klien. Dikarenakan mungkin cara konsleor berkomunikasi dirasakan kurang berusaha membantu, konselor selalu melihat sisi negatif klien dan mencurigai motifnya. Konselor sering tidak mau mengakui hal ini, dan hanya melihat empat hal lain diatas. 
Daftar Pustaka :
Lesmana, J., M. (2005). Dasar-dasar konseling. Jakarta : Indonesia.